PELALAWAN, radarlentera.com - Sebuah video yang memperlihatkan puluhan anak Sekolah Dasar (SD) belajar beralaskan terpal biru di tengah kebun sawit, tanpa meja, tanpa kursi, dan hanya bertenda terpal, viral di media sosial. Lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Riau. Pemandangan ini menampar nurani publik, sekaligus mempertanyakan di mana kehadiran negara.
Video memilukan itu diunggah akun Facebook bernama Legimin Su. "Haruskah begini anak didikmu? Mereka masih kecil sudah dilawan dengan kerasnya dunia," tulisnya. Ia menggambarkan bagaimana anak-anak itu belajar di bawah tenda biru, kehujanan saat hujan, dan kepanasan di bawah terik matahari.
Peristiwa ini terjadi pada Senin, 14 Juli 2025, tepat hari pertama masuk sekolah di Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui. Puluhan anak tersebut merupakan siswa baru yang gagal diterima di SD 20 Toro Jaya akibat larangan dari Satgas Penegakan Hukum (Satgas PKH) terhadap sekolah-sekolah yang beroperasi di kawasan TNTN.
Abdul Aziz, juru bicara warga setempat, mengungkapkan bahwa larangan ini membuat sebanyak 58 anak tak bisa masuk sekolah, sementara sekitar 455 siswa lama masih diizinkan belajar hingga batas waktu relokasi.
"Jarak dari dusun ke sekolah induk sekitar dua jam perjalanan. Mustahil anak-anak kecil menempuhnya setiap hari," ujarnya.
Akibatnya, warga berinisiatif membuka "kelas darurat" di bawah pohon sawit. Mereka membentang terpal, meminta bantuan guru, dan menyekolahkan anak-anak mereka seadanya. Beberapa orang tua bahkan terlihat menangis menyaksikan anak-anak belajar dalam kondisi yang mengenaskan.
SD 20 di Dusun Toro Jaya dulunya merupakan kelas jauh dari SDN 003 Lubuk Kembang Bunga. Kini, seiring penertiban kawasan TNTN, sekolah tersebut dilarang menerima siswa baru. Tujuannya: pemulihan kawasan konservasi.
Namun kebijakan ini tak disertai solusi konkret. Tidak ada sekolah pengganti, tidak ada transportasi, dan tidak ada alternatif pendidikan bagi warga yang sudah puluhan tahun tinggal di sana.
Gubernur Riau, Abdul Wahid, merespons viralnya kejadian ini dengan menyatakan bahwa pemerintah masih melakukan pendataan terhadap lahan, rumah, dan fasilitas umum di TNTN.
"Proses penerimaan siswa tetap ada, tapi tidak boleh di dalam kawasan Tesso Nilo," katanya singkat.
Pernyataan ini dinilai tidak menjawab krisis akses pendidikan yang dialami anak-anak di lapangan. Sebab hingga kini belum ada kepastian di mana mereka bisa sekolah dengan layak.
Peristiwa ini adalah potret nyata kegagalan negara menyeimbangkan antara konservasi dan hak dasar warga atas pendidikan. Saat batang kayu lebih dijaga ketimbang isi kepala generasi penerus, kita sedang menyiapkan masa depan yang rapuh. Jika pendidikan hanya bisa diraih di bawah pohon sawit, maka yang rusak bukan hanya system, tetapi hati nurani bangsa.