Anggota MPR RI Hj. Dewi Juliani, SH Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan kepada Pengrajin Batik Tradisional di Rokan Hilir

Rabu, 23 April 2025 | 09:00:00 WIB
Hj Dewi Juliani SH saat memberikan sambutan pada kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Pekong Vihara Devata. Jl. Bijaksana, Desa Panipahan, Rokan Hilir. 23/4/2025.

ROKANHILIR - radarlentera.com - Dalam rangka memperkuat wawasan kebangsaan di kalangan masyarakat, khususnya pelaku ekonomi kreatif, Anggota MPR RI Hj. Dewi Juliani, SH menggelar kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pada Rabu, 23 April 2025 pukul 08.00 WIB di Pekong Vihara Devata, Jalan Bijaksana, Desa Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir.

Kegiatan ini dihadiri para pengrajin batik tradisional yang menjadi bagian penting dalam pelestarian budaya lokal dan penggerak ekonomi kerakyatan.

Dalam sambutannya, Hj. Dewi Juliani, SH menegaskan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sangat penting untuk memperkuat jati diri bangsa dan menjaga persatuan dalam keberagaman.

“Empat Pilar ini harus menjadi panduan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berkarya dan berkontribusi bagi bangsa,” ujar Hj. Dewi Juliani.

Materi sosialisasi disampaikan secara komprehensif oleh narasumber Hendra Dedi Syahbudi, SH. Ia menekankan pentingnya peran pengrajin batik sebagai penjaga warisan budaya yang selaras dengan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan.

Dalam pemaparannya, Hendra menjelaskan keterkaitan antara keempat pilar dengan aktivitas para pengrajin.

Yang pertama adalah Pancasila, Pancasila sebagai dasar negara menanamkan nilai-nilai gotong royong, keadilan sosial, dan cinta tanah air.

“Melalui motif batik, nilai-nilai Pancasila dapat dituangkan dan diwariskan dari generasi ke generasi,” jelasnya.

Yang kedua, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan hak atas budaya, pekerjaan yang layak, serta perlindungan terhadap hasil karya.

“Ini menjadi landasan hukum yang melindungi hak-hak para pengrajin untuk terus berkarya dan mendapat pengakuan,” tambahnya.

Lalu yang ke tiga, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final negara yang menyatukan keberagaman budaya. Batik, menurut Hendra, adalah simbol nyata kekayaan budaya dari berbagai daerah yang menyatu dalam semangat nasionalisme.

Dan yang terakhir, Bhinneka Tunggal Ika menjadi semangat dalam merayakan perbedaan. “Setiap motif batik punya cerita dan asal-usul berbeda, tapi semua memperkaya identitas Indonesia. Inilah makna Bhinneka Tunggal Ika yang hidup dalam karya batik,” pungkasnya.

Dalam sesi tanya jawab, para peserta antusias menyampaikan pandangan dan harapan agar pelaku industri batik lokal mendapat lebih banyak perhatian dan dukungan dari pemerintah. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat pemahaman kebangsaan, tetapi juga memberikan motivasi bagi para pengrajin untuk terus berkarya dengan semangat nasionalisme.

Kegiatan ditutup dengan suasana hangat dan penuh semangat, serta sesi foto bersama sebagai simbol kebersamaan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan melalui jalur budaya.

Tags

Terkini